Malaysian Resources Corp Bhd (MRCB), sebuah konglomerat Malaysia, sedang mempertimbangkan untuk membangun kampus pusat data di Bukit Jalil setelah membeli seluruh saham (80 persen) dari Employees Provident Fund (EPF) di Bukit Jalil Sentral Property Sdn Bhd (BJSP) senilai RM1,58 miliar (US$ 380 juta). EPF adalah dana pensiun wajib yang dikelola pemerintah Malaysia.
BJSP dibentuk sebagai perusahaan patungan antara MRCB dan EPF untuk mengembangkan proyek campuran yang terdiri dari menara perkantoran, hotel, toko ritel, apartemen servis, dan menara hunian. Namun, rencana tersebut tidak berjalan lancar karena gangguan era pandemi yang meningkatkan biaya pengembangan, menurut pengajuan oleh MRCB kemarin.
Tanah tersebut terdiri dari tiga bidang tanah komersial hak guna usaha seluas 308.840 meter persegi. Hak guna usaha akan berakhir pada Desember 2116.
IDalam pengajuan tersebut, MRCB mengatakan bahwa mereka saat ini sedang menilai kelayakan pengembangan pusat data di seluruh atau sebagian tanah yang dekat dengan Malaysian Research Accelerator for Technology & Innovation (MRANTI) Park, yang sudah menampung beberapa pusat data.
“Lahan tersebut dapat berfungsi sebagai pusat yang diperluas untuk komunitas yang dinamis dan kolaboratif di MRANTI,” katanya, menambahkan bahwa mereka hanya dapat menyelesaikan rencana pengembangan setelah selesainya usulan akuisisi yang diharapkan pada Kuartal 2 2026.
“Setelah selesainya usulan akuisisi, BJSP akan menjadi anak perusahaan tidak langsung yang sepenuhnya dimiliki oleh MRCB,” kata perusahaan itu.
MRCB kemudian akan memiliki kendali penuh atas BJSP melalui anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Rukun Juang Sdn Bhd (RJSB) yang sudah memiliki 20 persen saham BJSP. Perjanjian jual beli saham ditandatangani pada 8 September antara RJSB dan unit EPF Tanjung Wibawa Sdn Bhd.